Telah lama aku tidak
berjumpa dengannya, aku sangat merindukan senyumnya, aku sangat merindukan tutur lembut dan
belaiannya, pilu rasanya hati ini bila mengingat akan semua kenangan
bersamanya, aku sangat mencintainya namun aku tak tau apakah dia merasakan
dahsyatnya asmaraku padanya karena kita sudah tidak bersama.
Aku yang selama ini
tidak pernah melupakannya mencoba untuk tegar dengan belajar dan berkreasi
untuk menghibur jiwa yang nestapa, bagaikan tornado yang mengguncang apa saja yang
di lewatinya kini engkau hadir di depan mataku dengan keadaan yang berubah dan
tak pernah aku sangka sebelumnya enkau akan seperti itu.
Seringkali ada pesta
yang merupakan tradisi di tempatku menempa diri ini, setelah jemu aku berjalan
hendak kembali ke peraduan sederhanaku bersama seorang teman, kami melihat tiga
orang asing yang sebelumnya tak pernah kami lihat, maksudnya temanku yang tak
pernah melihatnya sedangkan aku pernah melihatnya namun dalam sosok yang
berbeda.
Temanku menunjuk pada
salah seorang dari mereka, temanku bertanya apakah dia seorang pelacur, aku
menjawab dengan hampa, mungkin ia dia adalah pelacur, pakaiannya yang berwarna
putih tidak cukup untuk menutupi kolam susunya yang seakan memberontak ingin
menyembul keluar dari pangkuan kainnya, celananya yang memperlihatkan keindahan
betis dan kemulusan pahanya di tambah dia menggandeng seorang pria dengan
sangat mesranya.
Namun yang menarik
perhatian adalah teman wanita yang bersama mereka, wajahnya teduh, pakaian
tertutup dan berjilbab, jalannya gemulai ketawanya sangat hati hati dan matanya
bersinar membuat siapapun laki laki yang menatapnya akan bergetar hatinya,
sejenak aku terdiam melihat panorama yang ada di sebrang itu, aku kalut tak
mengerti apa yang terjadi.
Langkahku yang tak aku ingini
berhasil membawaku ke tiga orang yang mulai tadi aku perhatikan itu di ikuti
temanku yang bingung mengapa aku menghampiri mereka, padahal sebelumnya kami
tidak pernah bertemu dan mengenalnya, dugaan temanku itu salah besar karena
orang yang mulai tadi aku perhatikan adalah orang yang mulai dulu dan sampai
detik ini setengah hatiku ada bersamanya, fikiran dan do’aku selalu tercurah
padanya.
Di depannya aku sangat
canggung karna setelah sekian lama aku tak berjumpa dengannya, aku sapa dengan
lembut mereka diiringi perkenalan temanku, aku bicara dengan dia yang
berjilbab, betapa memukau dan menyejukkan serasa kenangan itu hadir kembali dan
menghapus semua duka ku, tapi aku salah duka itu makin menjadi karena cewek
yang katanya temanku tadi pelacur ternyata sangat membenciku dan entah dia
berpura pura atau memang telah lama melupakan aku, berkata dengan kasar padaku
dan mengatakan dia tidak mengenalku, petir di siang hari yang selama ini tidak
aku percayai keberadaanya ternyata ada dalam hati dan perasaanku saat ini.
Seperti biasa aku pergi
belajar berharap suatu saat bisa menjadi yang berarti, langkahku kadang
terhenti oleh sapaan teman teman yang kutemui di sepanjang jalan, dengan penuh
khusuk aku ikuti pelajaran hari itu sampai usai, siang itu aku sempatkan untuk
solat dhuhur di mesjid agung kota yang ku diami sekarang, kemudian aku berjalan
ke perpustakaan umum di kota itu mencari refrensi buku yang menjadi bahan
pekerjaan rumahku untuk di garap malam ini, setelah suara asar tiba aku
bergegas ke mesjid yang tadi karna jaraknya tak jauh dari perpustakaan,
kemudian aku lanjutkan ibadahku dengan membaca kitab suci al qur’an, tak terasa matahari sudah lelah bersinar
sepanjang hari ini dan beberapa menit kemudian
dia sirna dari pandangan, lalu muadzin siap siap untuk mengumandangkan
kalimah yang indah itu, usai solat magrib pun aku beranjak untuk melaksanakan
ibadah selanjutnya, istirahat dan tidur.
Di simpang jalan menuju
tempatku beberapa gank kecil yang harus aku lewati, di tengah asyiknya aku
berjalan, telingaku menangkap bunyi yang tak pantas aku dengar, suara wanita
yang memohon belas kasih dan berharap bisa menggugah setiap pendengar dari
suaranya, suara itu tak begitu asing di teingaku, hingga makin dekat
terpampanglah dia yang berlari diikuti seorang cowok di belakangnya, sungguh
tidak adil keadaan itu, wanita yang lemah itu berlari dengan rambut kusut,
pakaian yang seksi terkoyak di mana mana, sedangkan si pria dengan gagahnya
berlari di belakang wanita itu dengan tawa yang mengelegar layaknya binatang
buas yang akan segera memakan mangsanya.
Aku perhatiakan dengan
seksama, tampa berfikir lagi aku mengikuti mereka dan mengejar mereka hingga
kami temui jalan buntu di suatu gank, tampa mereka sadari aku menyaksikan
tingkah mereka sedari tadi, cewek itupun terkapar ke tanah dengan jeritan pilu
yang membelah angkasa gelombang suara, lantas dengan sigap pria tadi mencoba
mengangkangi si cewek dan akan melakukan hal nista yang menjadikan dirinya
lebih nista dari pada binatang, melihat itu aku tak tinggal diam, aku
menghentikan niatnya dengan teguran yang membuat pria tadi terkejut.
Satu pukulan telak di
tujukan padaku, mungkin dengan itu
tulang rusuk ku akan remuk, tapi aku mengelak lalu ku pegang tangannya kemudian
aku tarik diiringi pukulan balasan dariku yang mengenai urat lehernya dan
akhirnya terpelantinglah tubuh kekar itu, rupanya pertahanan tubuhnya sangat
kuat dia bangkit lagi dan mengeluarkan senjata pisau sangkur yang mengerikan,
segera aku buka jaketku dan ku mantapkan kuda kuda persiapan menyambut
kedatangan pisau itu, sedikit terbersit di fikiranku bagaimana pisau itu
merobek dan mengeluarkan isi perutku, aku tersadar, aku pelintir jaket tadi
hingga membentuk bundalan dan ku pegang dengan kedua tanganku, bayang bayang
maut sudah di depan mata, dengan gencarnya pria tadi menghujaniku dengan
tusukan tusukan yang mematikan hingga akhirnya pisau itu berhasil aku gulung
dengan jaket yang tadi lalu aku menariknya dan merebut pisau itu darinya, kini
pisau itu di tanganku, aku gemetar tak tau harus aku apakan pisau itu, karna
selama aku latihan silat baru kali ini aku jumpai pertarungan yang benar benar
ada dan bukan hanya latian, kemudian aku mantapkan niatku dengan mengucap
bismillah kalimah suci dengan penuh keihlasan aku menyadari kalau fungsi
latihan selama ini adalah untuk menjaga diri dengan berlindung kepada Tuhan,
dengan gerakan gerakan pasti aku mengingat semua jurus yang pernah aku pelajari
dulu, dengan sekali jurus aku melukai pria tadi hingga ia terkapar, namun aku
tidak melukainya di bagian yang mematikan aku hanya membuat dia lumpuh.
Serine mobil polisi dan
ambulan menghiasi angkasa dan memecah jalur malam itu, cewek tadi terbaring
lemah di mobil ambulance, sedangkan pria bejat itu dengan tangan terborgol
diatas mobil polisi yang menuju buih. Dengan perasaan yang tak menentu antara
rindu dan bimbang aku duduk di samping cewek tadi, aku rindu saat saat
bersamanya, aku ingin memeluknya karna dia adalah cewek yang selama ini
mengiringi hembusan nafasku, cintaku tak bisa terukur kedalamannya untuknya,
namun aku bingung, aku takut jika dia bangun dia akan mengusirku karna yang aku
tau di sangat membenciku.
Pagi itu tidak ada
pelajaran yang mesti aku ikuti, aku duduk santai di pelataran mengenang
peristiwa yang terjadi kemaren malam, rasa rinduku yang tak sempat aku curahkan
kembali membuncah di qalbuku, tiba tiba hand phone ku berdering ada panggilan
dari nomer asing yang tak ada dalam kontak ku, terdengar suara yang lembut di
sebrang sana, ternyata dia sahabat cewek yang sangat aku cintai itu.
Bergegas aku menuju
rumah sakit tempat cewek itu di rawat, aku temui temannya yang duduk dengan
takdim di sampingnya, cewek itu kelihatan lemah, dan pancaran cahaya matanya
berubah jadi teduh tak seperti pertama aku temui kemaren, kemudian dengan
isyarat dia menyuruh temannya meninggalkan kami berdua, lalu setelah temannya
itu keluar aku menggatikan posisinya untuk duduk di samping cewek itu.
Perlahan aku melihat
dia menyunggingkan senyum yang agak berat, akupun membalasnya, dahagaku akan
senyum itu perlahan mulai terobati, selanjutnya aku menunggu apa yang akan
terjadi, seribu Tanya di kepalaku akan aku lontarkan bagaikan senjata mesin,
namun aku sadar kalau dia lagi sakit dan lemah. Kemudian dari bibirnya yang
indah itu keluar kata kata merdu yang sangat aku rindukan, aku selalu
mengaguminya dan sangat terkesima bagaikan mantra yang mampu menyihirku di kala
itu, sejak perpisahan yang pahit itu aku hanya menikmati kenangan sepanjang
terang dan gelapku.
Taukah
dikau wahai yang membanggakan jikalau aku tak pernah mempunyai tempat walaupun
hanya setitik celah untuk orang lain di hatiku selain dirimu, badanku mungkin
bertindak kasar dan menyakitimu namun hatiku berontak karna aku sangat sayang
dan cintaku padamu mungkin jika tuhan mengizinkan melebihi dariNYA, namun apalah
daya keputusan itu harus aku ambil karna aku sadar hidup kita tdak hanya
sekali, tidak hanya di tempat yang terbatas ini, masih ada kehidupan setelah
ini yang tidak pernah akan ada lagi mengusutkan cinta kita tak terkecuali
Tuhan.
Engkau
yang jelita betapa pedih luka yang engkau torehkan hingga tak ku rasakan lagi
sakit itu karna teramat sangat, engkau tau aku sangat mencintaimu melebihi
apapun, bahkan Tuhan tempat aku memintamu selalu aku selesaikan urusannya
setelahmu, dan tiba tiba engkau hadir dengan keadaan yang membuat aku
tercengang, mungkin di pertemuan ini aku sedikit menggeser rasa cintaku menjadi
benci akan dirimu, terlebih setelah aku tau engkau mendapat pasangan yang
menurutku jauh rendah martabatnya di banding binatang.
Justru
karna sikapmu yang mencintaiku melebihi apapu itu membuat aku khawatir akan
keberlangsungan nasib cinta kita di kehidupan yang kekal itu, engkau
mencintaiku melebihi Tuhan maka cinta apakah yang seperti itu, meskipun yang
tampak pada kita adalah cinta suci namun aku menyadari itu cinta dalam bentuk
ujian iman, dan itulah alasan mengapa aku menyurumu pergi dan membuat sungai di
padang pasir, maka maafkanlah aku atas kesadaran yang mungkin lebih jelas Tuhan
tampakkan kepadaku dari dirimu.
Bahkan
saat aku merajuk engkau tak menjelaskan alasan itu padaku, akan lebih baik jika
engkau mengatakannya dulu, dan aku bisa mengurangi kadar cintaku terhadapmu,
tapi aku tak ingin membicarakan semua itu karna hanya akan menambah kemarahan
dalam fikiranku, yang ku ingin sekarang adalah mencintaimu seperti dulu.
Tidak
sayang, aku berharap kamu menjadi dewasa dan menyadari cinta yang suci itu
seperti apa, baik menurut kita belum tentu menurut Tuhan, engkau lihat diriku
sekarang menjadi angkara yang mungkin tak di sukai Tuhan, mungkin juga cinta
kita yang dulu adalah yang terahir untuk kita, tak kan ada cinta kita di
kehidupan kedua karna aku sudah berlumur dosa,satu pesanku padamu, engkau tau
wanita yang di luar itu, wanita dengan segala kelembutan dan keimanan, wanita
yang apabila semua mata memandang akan
menjadi teduh, aku ingin kamu mencintainya seperti cintamu padaku dulu tapi
buatlah berbeda dengan memintanya kepada tuhan agar engkau tak tersesat dalam
cinta yang menjemukan di mata Tuhan, aku akan pergi ke timur, maukah kamu
menemaniku pergi kesana sayang?
Engkau
datang setelah sekian lama pergi kemudia engkau kembali bergegas pergi dengan
memberikan beban terhadapku, walaupun dia wanita yang sempurna namun tak akan
bisa menggantikan singgasanamu dalam hatiku, aku sangat mencintaimu, tapi jika
itu keinginanmu aku akan berusaha untuk memberikan kebahagiaan kepadanya
walaupun itu tak terbalut dengan rasa cinta.
Pulau idaman kini aku
telah pulang, di balik bukit kasmaran di tengah tengah rumput ilalang aku
bersama istriku bersua, memandangnya begitu meneduhkan hatiku, sifatnya yang
tak pernah mengeluh dan meminta lebih dariku membuat rasa ibaku yang teramat
sangat, namun mengapa cinta itu tak kunjung datang, namun aku bahagia dengan
semua ini.
Tadi
malam aku bermimpi melihat dia duduk di singgasana emas dengan gaun putih di
iringi banyak dayang di tengah taman yang di bawahnya mengalir dua sungai madu
yang sangat indah dan memukau, aku tau itu tanda untukku agar kelak bisa
merajut cinta yang abadi bersandar Pada takdir Tuhan yang Tuhanpun tak kan
kuasa mencabut itu, jadi berjanjilah dikau agar di kehidupan setelah ini aku
adalah miliknya.
Kumandang adzan
menyadarkan kami akan kewajiban, segeralah kami bergegas menuju mesjid untuk
menunaikan solat.
Peace,
13,mei 2013
Achsay
ibnu syams al kayangani