Malam ini



Benderang, berisik lalu sunyi
Terbang jiwa ini begitu jauh hingga aku temui negeri para penguji
Dalam pada itu aku memiliki posisi yang rentan, namun dalam arti yang sesungguhnya sangat menguatkan, aku temui beberapa titik senyum kebahagiaan hingga kesenangan yang mestinya jadi kekecewaan
Di negeri itu aku memiliki keluarga yang sempurna seakan ingatanku kembali ke masa klasik yang menggembirakan, aku memiliki empat burung merpati dengan warna warna yang sangat indah, kemudian satu dari merpati itu mencoba melepaskan diri namun dia tak kuasa karna aku berhasil memeganginya dan membuatnya diam, aku sengaja tak membuatkan sangkar untuknya, hanya saja aku memberikan sedikit ikatan pada kakinya yang selongsongnya di buat oleh ayahku dari kayu jati dan talinya dari rantai perak yang halus
Saat aku bersantai di teras rumahku bersama bundaku tercinta, ayah dan beberapa keluarga yang lain yang aku tidak begitu jelas melihat wajahnya sambil menyaksikan jagung ketan dan jagung merah yang di hamparkan berharap kering oleh sinar matahari, tiba tiba deru hujan mengguyur semua jagung itu, kami semua panik, ayah dan beberapa keluarga lainnya mengangkat beberapa bagian jagung itu sementara aku dengan berkata halus menitip satu merpati pada bunda lalu aku ikut mengangkat jagung merah tadi.
Di hari berikutnya mungkin ini terlalu berat untuk ku yang  mulai kecil di didik oleh kedua orang tuaku akan agama yang paling banyak pemeluknya di dunia yakni agama islam, aku di hadapkan pada satu kenyataan yang mana orang tuaku ternyata sudah berkeyakinan akan hindu dan aku bisa menyebutnya bhuda, rasa pilu tentang semua pertanyaan di fikiranku, bebanku serasa lebih berat dari arjuno yang gagah di utara malang, namun dengan tenang aku lepas dari kebingungan itu, orang tuaku tetap mendidikku akan islam
hingga suatu ketika beliau dapat undangan dari salah satu ustad untuk ikut pengajian, orang tuaku dengan riang menyuruhku untuk menggantikannya pergi dan menyuruh ku untuk menyampaikan bahwa dirinya hindu kepada semua sahabatnya itu, aku dengan langkah pasti dan bingung pergi ke mereka, Sesampainya di sana aku menyampaikan semua yang harus aku sampaikan ke pada sahabat ayahku, aku makin heran karena mereka tidak merasa aneh bahkan untuk terkejut sekalipun tidak mereka rasakan, dan kita bersama sama melaksanakan pengajian itu hingga selesai
Sekian lamanya aku di buat bingung dengan keadaan itu namun kehidupanku terus berjalan dan aku tidak temui lagi keluargaku di negri itu, hingga aku berlari dan terus berlari di pantai putih, lalu kutemui karang yang membuat langkahku pelan, baru aku sadari di belakangku ternyata ada dua anak kecil yang mengikutiku kemudian aku mengusirnya dan memaksa mereka untuk pulang dan tidak mengikutiku karena mungkin orang tuanya akan bingung mencarinya nanti.
Lalu sayup sayup aku dengar suara panggilan subuh , aku bergegas ambil air wudu sambil senyum tipis dan tawa kecilku, aku terlepas dari satu negeri yang di dalamnya ada sedih dalam balutan bahagia dan bahagia dengan pelajaran yang pedih, kini aku sadar makna dari semuanya adalah TOLERANSI DALAM BERCINTA, yang di jalani begitu lama tapi ternyata hanya malam ini..


                                                                                                Ahad, 12 mei 2013
                                                                                                Achsay ibnu syam al kayangani
Flag Counter